By Www.BestTheme.Net

On Saturday 23 January 2010 0 comments





APA ITU HIPNOTIS ??


Hipnotis

Hipnosis/hipnotis (Bahasa Inggris: hypnosis) adalah proses psikologis alami yang “melompati” proses berpikir kritis dan mem
bentuk satu jenis pikiran dan persepsi tertentu.


Teori Hipnosis

Beberapa teori hipnosis berusaha mendeskripsikan gejala ini dalam kaitannya dengan aktivitas otak sedangkan beberapa teori lainnya lebih berfokus pada pengalaman fenomenologisnya. Terdapat perbedaan fundamental dalam teori hipnosis, yaitu antara “keadaan” (state) dan “non-keadaan” (non-state). Penganut teori “keadaan” meyakini bahwa keadaan kesadaran yang berubah adalah bagian pokok dari hipnosis, sementara penganut teori “non-keadaan” percaya bahwa proses psikologis biasa, seperti perhatian terpusat dan pengharapan, sudah cukup untuk menerangkan gejala ini. Definisi yang tepat dari apa yang merupakan keadaan kesadaran yang berubah masih menjadi bahan perdebatan. Meskipun banyak orang yang dihipnosis mendeskripsikan pengalaman mereka sebagai “berubah”, sulit untuk menggunakan istilah ini tanpa ada definisi yang jelas terlebih dahulu.


Teori Keadaan Alfa dan Theta

Melalui data yang dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS.

Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok, penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun.

Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnosis untuk mematirasakan rasa sakit), dan hipnoanalgesia (penggunaan hipnosis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di mana pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik), zat penenang dan hipnosis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap mendasari terjadinya gelombang theta, baik dalam manusia maupun binatang.


Konstruksionisme sosial / teori permainan peran

Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnosis memainkan peran dan membiarkan penghipnosis menciptakan realitas untuk mereka.

Umumnya, selama proses hipnosis orang menjadi lebih reseptif (mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut dengan hipnosis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnosis, kemudian mereka berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang yang dihipnosis akan berperilaku.

On Wednesday 13 January 2010 0 comments




Saat ini marak tentang training hipnotis, yang biasanya diembel-embeli istilah NLP (Neuro Linguistic Programming), atau sebaliknya, seolah tak ada jenuhnya diiklankan di berbagai media cetak. Bila Anda simak hampir setiap hari ada saja koran atau majalah yang memuat iklan tentang seminar hipnotis dan NLP ini.

Beberapa sumber menyatakan mempelajari NLP mirip dengan mempelajari manual otak manusia. Kadang disebut sebagai people skill technology atau juga psychology of exellence. Prinsipnya adalah bagaimana mempelajari cara kerja otak agar seseorang bisa menjadi tuan dan bukan menjadi budaknya.

Sedangkan penggagas NLP–Richard Bandler yang pakar matematika dan programming komputer dan John Grinder yang profesor linguistik–merumuskan NLP sebagai the study of subjective experience. Keduanya mengembangkan dasar-dasar ilmu dan teknis penerapannya sejak tahun 1970-an.

Neuro merujuk pada otak atau pikiran dan bagaimana orang mengorganisasikan kehidupan mentalnya. Lingusitic tentang bahasa dan bagaimana orang menggunakannya dalam kehidupan. Sedangkan programming tentang urutan proses mental yang berpengaruh pada perilaku dalam mencapai tujuan dan bagaimana memodifikasinya.

Awalnya pencipta NLP mempelajari keahlian sejumlah pakar dan terapis yang amat sukses di bidangnya. Misalnya Fritz Perls (Gestalt Psychotherapist), Virginia Satir (terapis keluarga), Gregory Bateson (antropolog dan sibernetik) dan Milton Erickson (hipnoterapis).

Dalam perkembangannya NLP dipopulerkan oleh Anthony Robbins sehingga dikenal di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Nama besar yang tercatat menggunakan NLP untuk meraih kesuksesannya adalah Bill Clinton, Andre Agassi, Lady Di, Nelson Mandela dan Robert Kiyosaki.

Singkat cerita dari dua tokoh pendiri itu selanjutnya berkembang sejumlah “aliran” besar NLP dengan modifikasi dan sebutannya. Sejak aliran Neuro Associative Conditioning (NAC) Anthony Robbins, New Code NLP dari Grinder, hingga pengembangan NLP ke arah DHE (Design Human Engineering) oleh Bandler yang menyebut alirannya sebagai Pure-NLP. Selain itu ada Michael Hall dan Bob Bodenhamer mengembangkan NLP menjadi Neuro Semantics (NS) atau Meta NLP. Yang terakhir ini biasanya digolongkan aliran akademis. Tokohnya akademis NLP lainnya adalah pendiri NLP University (NLPU) Robert Dilts. NLPU yang berkedudukan di California merupakan salah satu komunitas NLP terbesar dari ratusan komunitas yang ada di dunia.

Sedangkan dedengkot (pengembang) NLP jumlahnya hingga kini kurang dari 100 orang. Selain nama yang telah disebut ada Steve Andreas, Judith De-Lozier, Leslie-Cameron Bandler, Joseph O’Connors, John LaValle.

Sedangkan untuk orang Indonesia, seperti Tosan Lim, Stevanus dan Agus Sunaryo, adalah lulusan NLPU. Yang merupakan lulusan NAC (Robbins) adalah Tung Desem Waringin dan Ronald. Selain itu ada yang mengusung berbagai aliran seperti Wiwoho, Khrisnamurti dan Leksana.

Jadi model NLP itu intinya Anda belajar menguasai pengalaman subjektif sehingga menjadi efektif dalam melihat dunia. Pikiran juga lebih efektif karena Anda menjadi master atau tuan atasnya. Modelling itu meniru, mengambil esensi excellency atau keunggulan orang atau diri sendiri agar bisa direplikasi di waktu dan tempat berbeda. Esensi modelling adalah menduplikasi bakat dengan berbagai tools. Tools dalam NLP banyak sekali, salah satunya adalah hipnotis.

Tubuh manusia menurut kata orang seperti gunung es: 12% alam sadar, 88% alam bawah sadar. Karena tubuh itu dikelolanya pada alam bawah sadar itulah teknik hipnotis bisa dimanfaatkan secara optimal.

Dalam memahami hipnotis, harus disadari yang “sakti” bukanlah si penghipnotis. Yang “sakti” itu imajinasi orang-orang yang dihipnotis karena berhasil berkonsentrasi dan membayangkan. Hipnotis ini berbeda dengan hipnotis sihir yang ditowel atau ditepuk jadi hilang kesadaran (ilmu gendham). Yang dibicarakan di NLP adalah hipnotis yang merupakan kemampuan internal seseorang.

On Thursday 7 January 2010 0 comments

Ventriloquisme adalah teknik berbicara tanpa menggerakkan bibir. Berasal dari kata venter yang berarti perut, loqui yang berarti berbicara, dan ism yang berarti ilmu atau faham, ventriloquisme sering pula diartikan sebagai ilmu atau keterampilan berbicara dari perut.

Orang yang dapat menggunakan ventriloquisme disebut sebagai ventriloquis, yaitu seorang yang ahli berbicara atau bersuara sedemikian rupa sehingga seolah-olah berasal dari sesuatu atau orang lain atau bahkan bersuara dari tempat yang agak jauh. Dalam bahasa Indonesia dikenal juga sebagai ahli suara perut atau ahli sulap suara.

Seni ventriloquisme dapat digunakan antara lain untuk menghibur, mengajar, serta berpromosi. Pertunjukkan seorang ventriloquis digemari mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua karena pada umumnya dibawakan dalam bentuk komedi.


Jenis

Ada 2 jenis Ventriloquisme yaitu:

1. Near Ventriloquism atau suara perut jarak dekat. Suara perut jarak dekat digunakan pada saat seorang ahli suara perut/sulap suara (ventriloquist) menggunakan keahliannya untuk membuat satu (atau lebih) boneka atau benda yang berada di dekatnya untuk dapat mengeluarkan suara atau bahkan berbicara.

2. Distant Ventriloquism atau suara perut jarak jauh. Suara perut jarak jauh digunakan pada saat seorang ahli suara perut/sulap suara (ventriloquist) menggunakan keahliannya untuk membuat suara yang seolah-olah berasal dari tempat yang jauh atau dari ruangan yang lain.


Perkembangan di Indonesia



Seni ini masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Belanda pada saat penjajahan Belanda. Mereka kemudian mengajarkannya kepada beberapa orang Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Bapak Marijoen (dengan bonekanya Koko). Bapak Marijoen pada tahun 1980-an pernah mengarang sebuah buku yang membahas seni ventriloquisme.

Ventriloquist yang terkenal di Indonesia adalah Gatot Sunyoto (dengan Tongki). Ada satu yang mirip ventriloquist, ia adalah Ria Enes dengan bonekanya Susan (dikatakan mirip karena Ria enes lebih sering terlihat bergerak bibirnya pada saat Susan berbicara).

Seni ventriloquism belum berkembang pesat di Indonesia. Walaupun demikian ada beberapa orang ventriloquist yang senantiasa berupaya untuk menggunakan kemampuannya ini. Mereka tinggal di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Kebanyakan dari mereka belajar secara otodidak. Beberapa ventriloquist yang terkenal di kota-kota tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

- Jakarta : Anne Kartawijaya (dengan Apit) dan Ivonne (dengan Hayhay)

- Bandung : Mr. Robbin (dengan Charlie) dan Budi Ha Ha (dengan Chocho, Ditto serta Si Dola)

- Surabaya : Oom Dick dan Jerry Gogapasha dengan Pico (Burung Lucu)

On Sunday 3 January 2010 0 comments







Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas ? Apakah Tuhan ada ? Apa tempat manusia di dalam semesta ?

Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". Sebagai contoh, "Toko buku metafisika", bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.

Beberapa Tafsiran Metafisika

Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural)dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.

Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri,yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.

Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M).

Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik.

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata.

Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.

Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. Sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.

Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik. Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. Kemudian Metafisika di artikan pula sebagai kekuatan yang terletak pada kekuatan mental, akal pikiran, hati, jiwa serta semua fisik tubuh manusia, yang mana jika manusia bisa membangkitkan kinerja semua unsur tubuh mereka, maka mereka memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.