By Www.BestTheme.Net

On Tuesday 15 June 2010 0 comments





Kekuatan Berpikir Positif

Mengapa kita harus berpikir positif ? Mungkin hal ini tidak lagi rahasia. Kita perlu berpikir positif agar mendapatkan hasil yang positif ? Mengapa bisa demikian ? Karena berpikir positif akan mempengaruhi segala unsur positif dalam diri kita, misalnya :

1. Melihat Positif.

Berpikir positif membuat kita fokus pada hal-hal yang positif. Seperti juga pengalaman masa kecil saya ketika menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Bersama anak-anak lain di dalam mobil, kami berlomba menemukan mobil berwarna merah. Siapa yang terlebih dulu melihat mobil merah, ia bisa menepuk punggung lawannya. Yang menang adalah yang paling banyak menepuk punggung lawannya.

Ternyata sepanjang jalan, banyak sekali ditemui mobil warna merah, sehingga kamipun tidak merasa bosan dan tak terasa sudah tiba di tempat tujuan. Pelajaran yang bisa diambil disini, jika kita berpikir positif, kita akan termotivasi untuk menemukan hal-hal yang positif dalam hidup ini.

Mungkin saja ada hal-hal lain yang tidak positif, walaupun hal itu harus kita alami juga, tetapi kita tidak akan putus asa, karena fokus perhatian kita jauh melampaui hal-hal yang negatif tersebut kepada hal-hal positif dibalik yang non-positif.

2. Berbicara Positif.

Coba perhatikan dua ucapan di bawah ini. Keduanya mengekspresikan ketidakhadiran pada sebuah acara pertemuan yang diusulkan.

“Maaf pak, besok saya tidak bisa ikut menghadiri pertemuan dengan Anda, karena sudah ada acara lain yang sudah terjadwal. Apakah pertemuan bisa kita jadwal ulang?”

“Pak, saya bisa menyediakan waktu khusus untuk pertemuan dengan bapak, pada hari Rabu atau Jum’at. Bagaimana dengan Bapak? Apakah bapak bisa bertemu hari Rabu atau Jum’at?”

Ucapan pertama terlihat lebih fokus pada diri sendiri, dan menomorduakan orang lain. Sedangkan ungkapan kedua terdengar lebih positif, karena lebih fokus perhatian pada lawan bicara, sehingga lawan bicara lebih merasa dihargai.

Hasilnya, tentunya lebih positif yang kedua. Jadi, dengan berpikir positif, kita juga terdorong untuk berbicara positif. Kita termotivasi untuk tulus menyampaikan dan mengekspresikan emosi positif kita pada orang-orang sekitar, sehingga merekapun merasa nyaman berada didekat kita karena terhibur dengan kata-kata positif tersebut.

3. Mendengar Positif.

Berpikir positif juga membantu kita untuk mensortir segala sesuatu yang kita dengar atau membantu kita menyimak segala sesuatu yang kita dengar dengan lebih positif.

Coba perhatikan dua komentar berikut mengenai sebuah kuliah yang baru saja dihadiri.

“Ah, kuliah tadi sama sekali tidak menyenangkan, tidak bermanfaat, dan membosankan.”

“Kuliah tadi mengajarkan saya mengenai hal-hal penting untuk menjadi pembicara yang menarik.

Dengan berpikir positif, kita bisa melihat kesempatan dalam kesempitan, kita bisa menyimpulkan hal positif dari apapun yang kita dengar. Mendengarkan kritikan dan ejekan, bisa memotivasi kita untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri.

Mendengar pujian juga memotivasi kita untuk lebih meningkatkan diri. Mendengar penyampaian masalah, kita terpacu untuk melihat kesempatan emas dibalik masalah tersebut.

4. Bertindak positif.

Tentunya apa yang kita pikirkan itulah yang kita jalankan. Jika kita fokuskan pikiran kita untuk pergi ke Surabaya, maka kita akan tiba di Surabaya. Jika kita fokuskan pikiran kita untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, maka kita akan mengerahkan seluruh upaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan pekerjaan tersebut pasti akan terselesaikan.

Demikian pula jika kita memikirkan hal-hal yang positif, maka kita akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang positif, sehingga kita juga pasti akan mendapatkan hal-hal yang positif.

Seorang wanita yang berasal dari keluarga yang hidup kurang, sejak remaja ingin menjadi dokter, akhirnya karena ia berpikir ia bisa, berbagai kendala dan kegagalan bukan dianggap sebagai kegagalan, karena pikirannya melampaui kegagalan dan masalah, sehingga akhirnya iapun dapat meraih cita-citanya, walaupun ia harus melewati jalan dan perjuangan panjang untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

5. Berpikir Kreatif.

Ternyata berpikir positif juga mendorong kita untuk berpikir alternatif. Karena fokus kita pada hal-hal yang positif, maka jika perjalanan kita terhalang oleh hal-hal yang non-positif, kita bisa berpikir panjang untuk memutar otak menemukan ide-ide baru, alternatif baru untuk melompati masalah atau tantangan yang menghadang.

Jadi, seperti kata pepatah, jika tidak ada rotan, akarpun jadi. Jika satu cara tidak bisa, pasti ada cara lain untuk sukses.

Formula Berpikir Positif

Setelah kita mengenal kekuatan berpikir positif, lalu bagaimana caranya kita mulai berpikir positif.

1. Self-Talk.

Rahasia yang pertama ini diungkapkan oleh Joel Chue, seorang penulis buku `Secrets to unlocking your real potentials. Menurut Joel, di awal hari, sebelum kita memulai berbagai kegiatan kita atau bahkan di hari sebelumnya, kita perlu berkata pada diri kita bahwa hari ini kita akan berpikir positif, bertindak positif, berkata positif, dan meraih hal-hal yang positif.

Lalu, kita putar `film kegiatan kita’ di hari itu, dan mencoba mencari celah mengenai hal-hal positif apa yang bisa kita terapkan hari itu. Biasa menjadi luar biasa. Kalau rahasia yang satu ini sudah diungkapkan oleh Howard Schultz yang berhasil menjadikan kedai kopi biasa menjadi luar biasa, bahkan menjadi menggurita di seluruh dunia.

Jadi, jika Anda bosan dengan hal-hal yang biasa, coba jadikan luar biasa dengan cara yang berbeda atau untuk tujuan yang berbeda, sehingga hasilnya juga akan secara signifikan berbeda.

2. Melihat Kedepan.

Banyak orang yang menjadi putus asa karena mereka hanya memfokuskan pikiran dan pandangan mereka pada hal-hal yang berada di depan mata mereka saja. Mereka tidak mau menunggu atau mencoba untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda untuk mendapat pandangan yang berbeda, atau melihat dengan lebih luas, sehingga bisa melihat secara lebih lengkap apa yang sedang terjadi, bukan hanya apa yang berada di hadapan mereka.

Jika seorang buta hanya memegang ekor gajah yang kecil, maka ia berpikir bahwa yang dihadapannya adalah binatang kecil. Tetapi jika ia mau menganalisa dengan lebih menyeluruh, maka ia bisa menemukan bahwa yang ia hadapai adalah binatang yang besar, yang ada dihadapannya hanyalah sebagian kecil dari tubuh binatang tersebut, yaitu, ekornya yang kecil.

Demikian juga dengan kita. Seringkali kita terpana pada kesulitan kecil, kita tidak mau melihat `hadiah’ dibalik kesulitan yang sudah menunggu kita.

Dengan berpikir positif, kita akan termotivasi untuk melihat jauh kedepan, sehingga kesulitan hari ini tidak akan menjadi batu sandungan bagi kita untuk maju.

3. Berpikir Mungkin.

Kata `mungkin’ ternyata memiliki kekuatan dahsyat. Dengan berpikir mungkin, kita akan terdorong untuk mencoba, mencari alternatif solusi, dan mencari dukungan yang diperlukan, menggunakan alat atau fasilitas yang bisa kita manfaatkan untuk mewujudkannya.

Nah, berpikir mungkin, membuat kita untuk berpikir positif atau berpikir sukses, karena segala sesuatu bisa diraih. Dulu orang akan terbahak jika ada yang menyampaikan ide manusia untuk mendarat di bulan.

Tetapi, saat ini, hal itu sudah bukan hal yang mengherankan lagi. Hal ini terjadi karena ada orang-orang yang berpikir `mungkin’, lalu mencari cara dan mencoba berbagai cara agar kemungkinan tersebut bisa diwujudkan.

Bagaimana dengan Anda, apakah saat ini mengubah hidup Anda menjadi lebih baik? Maka yang perlu Anda lakukan adalah berpikir lebih baik, atau berpikir positif.

Berpikir Zoom In dan Zoom Out

Bagi Anda yang sudah terbiasa menggunakan software grafis seperti Corel Draw atau Photoshop, Anda akan mengenal apa yang dimaksud dengan zoom in atau zoom out. Jika Anda belum terbiasa dengan software grafis, coba perhatikan orang yang sedang membuat desain, kadang melakukan zoom in kadang melakukan zoom out dan dilakukan secara bergantian.

Mengapa para designer melakukan hal ini? Tentu saja agar mereka mendapatkan hasil yang optimal. Jika dia melakukan zoom in terus, dia tidak akan pernah bisa melihat hasil akhir. Dia hanya fokus pada detil sementara hasil akhirnya tidak tahu. Sebaliknya, jika Anda hanya menggunakan zoom out, Anda hanya melihat gambaran besarnya, Anda tidak tahu bagaimana detilnya dan bagaimana gambaran tersebut disusun. Oleh karena itu, kedua zoom harus dilakukan.

Begitu juga dalam berpikir untuk hal lainnya. Kita perlu melihat masalah secara detil dan fokus pada satu bagian dan juga kita perlu melihat masalah secara kesuluruhan. Keduanya harus dilakukan secara simultan agar kita mendapatkan informasi yang utuh. Masalahnya, kebanyakan orang hanya kuat atau terbiasa menggunakan salah satu cara pandang saja.

Coba perhatikan teman-teman Anda, bukankah ada yang cendrung melihat segala sesuatu pada detilnya saja. Sementara ada juga orang yang suka melihat masalah pada gambaran besarnya saja. Bagaimana dengan Anda, termasuk yang manakah Anda? Saya sendiri dulu lebih sering berpikir dengan cara melihat gambaran besarnya saja.

Berpikir keduanya, zoom in dan zoom out adalah cara terbaik. Mulai sekarang, saat kita melihat suatu masalah kita harus bisa melihat secara gambaran utuh dan juga fokus pada detail tertentu. Seperti seorang designer, dia lihat gambaran utuh (zoom out), kemudian melihat detil (zoom in) untuk melakukan perbaikan. Setelah itu melihat zoom out lagi, kemudian zoom in lagi dan seterusnya.

Jika kita fokus pada detail, akan banyak hal yang luput dari pandangan kita sebab kita tidak bisa melihat keseluruhan masalah yang kita hadapi. Lebih bahaya lagi jika kita melihat satu bagian saja terus-menerus atau berulang-ulang maka sadar tidak sadar kita akan menganggap bahwa bagian itu mewakili semuanya.

Jika kita fokus pada gambaran besar terus, kita tidak bisa melihat detilnya. Jika kita tidak bisa melihat detil suatu masalah, kita akan luput jika ada suatu tindakan yang diperlukan untuk masalah detail. Sering kali, tindakan atau solusi hanya bisa dihasilkan setelah kita melihat masalah detilnya.

Ini adalah rahasia berpikir jenius, gunakan kedua cara berpikir ini. Anda akan memiliki pandangan yang berbeda. Anda melihat masalah lebih utuh dibandingkan kebanyakan orang. Anda akan lebih bijak, lebih kritis, dan lebih cerdas dalam melihat sebuah masalah.

Sekarang.., tolong perhatikan thumbnail picture yang menjadi photo materi ini (kotak hitam bergaris putih) Saya tidak menanyakan berapa kotak hitam yang terlihat, tapi ada berapa tepatnya, “titik hitam” yang ada di tengah titik putih tersebut? Sekali lagi, kalau anda fokus dan setiap anda memindahkan titik pandang anda pada bidang tersebut, titik-titik hitam itu akan terus bergerak.

On Tuesday 8 June 2010 0 comments




Suatu kali, saat sedang berhenti di lampu merah, seorang anak laki-laki berusia kira-kira 12 tahun, mengetuk jendela mobil saya untuk menawarkan koran. Melihat wajah polosnya, hati saya menjadi tergerak untuk membeli kendati saya tidak terlalu membutuhkannya.

“Dua ribu lima ratus, Pak,” kata anak itu. Karena tidak ada uang receh, saya memberikan selembar uang sepuluh ribu.

“Kembalinya belum ada, Pak,” sahut bocah itu lagi.

“Kembaliannya besok saja,” jawab saya sambil menjalankan kembali mobil karena lampu sudah hijau.

Di tengah perjalanan terbersit pikiran negatif, bagaimana kalau besok anak itu tidak muncul lagi. Namun karena jumlahnya tidak besar, saya segera melupakannya.

Keesokan harinya saat melewati perempatan yang sama, saya melihat anak itu lagi. “Pak, ini kembalian yang kemarin,” serunya seraya memberikan sejumlah uang.

Terus terang, saya kagum dengan karakter anak ini. Walau memiliki kesempatan menghilang, dia memilih untuk jujur.

Ternyata, di tengah krisis kepercayaan yang melanda negeri ini masih ada anak-anak yang berkarakter jujur dan mau bekerja keras untuk masa depannya.

SULIT MENEMUKAN ORANG YANG BERKARAKTER KUAT.

Selama ini, kita cenderung melihat dan menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya. Misalnya dari cara berpakaian, berjalan, berbicara, melihat, duduk, makan, bekerja, berjabat tangan, mengatur rambut dan semua hal yang tampak dari luar.

Tak heran jika ada kecenderungan orang “berjuang” mati-matian demi mendapatkan penampilan luar yang menawan. Karena penampilan lahiriah sangat mudah diatur, bahkan bisa dikamuflase.

MEMANIPULASI DIRI DENGAN PENAMPILAN

Penampilan luar seseorang sering kita sebut ‘etiket’. Seseorang yang pandai membawa diri dalam setiap situasi, sering kali kita sebut orang yang beretika.

Tapi orang yang beretika belum tentu memiliki kualitas kehidupan yang baik pula. Karena yang dilihat orang lain pada umumnya pada waktu seseorang dalam keadaan normal. Jikalau dia mengalami tekanan, tantangan & masalah, barulah muncul kualitas karakter yang sesungguhnya.

Setiap orang berpotensi untuk memanipulasi orang lain dengan penampilan yang keren, rapi dan berwibawa.

Tapi, ada satu alat uji yang sangat ampuh jika kita ingin mengetahui kualitas kehidupan seseorang, yaitu "waktu !"

WAKTU, PENGUJI YANG JITU

Pada umumnya, kita berinteraksi dengan orang lain hanya secara temporal. Misalnya, pada waktu jam kerja atau bahkan beberapa jam saja. Oleh karena itu, orang yang paling tahu siapa kita dan bagaimana kualitas karakter kita sesungguhnya adalah orang-orang yang bergaul dan bersama kita dalam waktu yang panjang dan berkala.

Dengan begitu, tampaklah ekspresi–ekspresi yang tersembunyi pada waktu tertentu.Karena sesungguhnya, seseorang tidak mungkin terus-menerus sanggup menyembunyikan manusia dalamnya. Dari cara dia berbicara, bersikap, dan merespons sesuatu, sebenarnya kita bisa mengenali temperamen ataupun karakter seseorang.

KARAKTER MENENTUKAN KUALITAS KEHIDUPAN

Ya, kualitas hidup tidak selalu identik dengan kekayaan, kesuksesan, kepandaian ataupun jabatan seseorang. Ada hal yang lebih mendasar dari semua itu, yaitu karakter. Seorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki hidup yang berkualitas. Ia bisa saja tidak memiliki apa pun untuk dibanggakan, tetapi jika dia menempatkan karakter sebagai yang utama, kehidupannya akan bersinar, lebih daripada pribadi yang lain.

Kekuatan karakter seseorang akan tampak saat ia mengalami tekanan, tantangan, masalah, ujian, dan pencobaan. Karena letaknya “di dalam”, karakter sering kali tidak terlihat. Karakter berbeda dengan kepribadian. Kepribadian adalah cara hidup atau etika hidup seseorang yang bisa dilihat dan dirasakan orang lain di sekelilingnya kita. Kepribadian sering kali tidak menunjukkan manusia dalam atau karakter seseorang.

Kualitas sebuah kepribadian memang bisa membuat seseorang itu sukses, tetapi hanya kualitas sebuah karakter yang akan membuat seseorang bertahan di puncak kesuksesannya.